Pengalaman Pertukaran Mahasiswa ke Jepang (2014)

Foto-foto

Halo Pembaca Fisikaveritas, kali ini saya ingin sharing pengalaman saya pergi ke Negeri Sakura alias Jepang alias Japan alias Nihon alias Nipon (dua terakhir adalah nama yang disebut masyarakat jepang untuk negaranya).
Saya pergi ke Jepang ini karena mengikuti Kanryu Program di Saitama University selama satu bulan. Sungguh waktu yang tidak sebentar namun tidak lama. Dan sungguh ini merupakan salah satu mimpi besar saya yang Alhamdulillah telah terwujud. Dan semoga saya bisa ke Jepang lagi, karena suasana nya bikin kangen J InsyaAllah suatu saat saya bisa pergi ke sana lagi. Aamiin. 
Well, tulisan ini hanya berisi pengalaman-pengalaman saya disana (tepatnya pengalaman pertama), pendapat-pendapat dan pandangan saya tentang beberapa hal yang saya lihat, dengar, dan rasakan disana. Semacam diary mungkin ya :D Yuk, refreshing dulu yang habis keasyikan baca artikel-artikel fisikaveritas yang keren abis.. 

Pertama Naik Pesawat  
OMG. Hari gini baru pertama kali naik pesawat??“ “So what gitu, loh..“ hehehe...
Naik pesawat memang wajar kalo kita ingin pergi ke tempat yang ga bisa menggunakan kereta, kendaraan pribadi, bus, terutama ke tempat yang ingin di tuju dari tempat kita jarak tempuhnya sangat jauh dan terpisah oleh lautan atau daratan yang sangat luas. Tapi, saya merasa sangat beruntung, saya bisa naik pesawat, pesawatnya juga yang terbilang cukup mahal (bukan bayar sendiri, hehe..) walau di kelas ekonomi, dan saya akui pula, fasilitasnya jempol deh.. 
Pengalaman merasakan pesawat take-off sangat deg-degan, woow begini ya rasanya terbang di udara, hingga mencapai ketinggian beribu-ribu meter diatas daratan dan kecepatan diatas 500 km/jam. Saya benar-benar ga kebayang secepat apakah itu, karena di dalam pesawat rasanya biasa saja (hehehe, maap kalo katrok :P) 
Tentu ada rasa takut ketika pertama kali naik pesawat (melihat banyak kejadian kecelakaan pesawat) dan terbesit rasa was-was. Untuk itu saya berusaha menenangkan diri dan berdoa pada Allah agar diberi kelancaran dan keselamatan sampai tujuan. 
Karena penerbangan malam hari, saya tidak bisa melihat pemandangan di atas awan karena gelap, dan saya tidak sempat melihat pesawat yang saya tumpangi sebelum berangkat tadi. Tapi tahukah Anda? Ketika saya melihat keluar jendela selama take-off dan landing, saya melihat suatu fenomena pada sayap kiri pesawat (tempat duduk saya disamping jendela yang terlihat sayap kiri pesawat) seperti angin kencang sekitar sayap yang berbentuk aurora (warna-warni). Fenomena apakah itu? Penasaran? Klik di sini. 
Namun, ketika pesawat dalam keadaan landing, ratusan lampu-lampu sekitar bandara tokyo mulai terlihat. Dan…aaaaaa indaaaaaaaaaaah! :”D (bukan manggil indah ya :P) 
Sekitar 7 jam saya diatas udara, Alhamdulillah saya sampai di Bandara Narita Tokyo dalam keadaan sehat dan selamat…. 
Kedua kali naik pesawat (kembali ke tanah air) dengan maskapai yang sama penerbangan siang hari, pertama kali saya melihat pemandangan nyata diatas awan, dimana pesawat melewati awan dan diatas awan. Ga bisa berkata-kata deh. Masya Allah. Jadi ingat film Dragon Ball deh, hehe.. Tapi saya sepertinya kurang sadar bahwa ternyata saya berada diatas langit yang tinggi. Sekarang jika saya melihat pesawat yang mengudara diatas langit hingga panjangnya kira-kira se-kuku, langsung tubuh ini bergidik dan bertanya pertanyaan retoris “Setinggi itu kah??” Syukur alhamdulillah bisa kembali lagi ke rumah dengan sehat dan selamat. Pengalaman pertama naik pesawat ini tidak akan pernah bisa terlupakan! 

Musim Dingin dan Salju 
Sebelum saya berangkat, saya telah diwanti-wanti oleh seorang teman yang sedang study di Jepang. “Jangan lupa bawa jaket tebal, sepatu tertutup, daleman yang cukup, lotion dan lipbalm, disini dingin banget, bisa sampe minus suhunya”. “Okeee!” Dan saya pun sebelumnya telah mencari informasi tentang suhu di kota Saitama (Saitama-shi, tempat saya akan tinggal disana selama 1 bulan). Dan suhu terendah sekitar 1-2 derajat celcius, bahkan dalam beberapa hari kedepan nantinya bisa sampai minus 1 derajat celcius. Waaaw sedingin apakah itu? Jujur rasanya saya tidak tahu bagaimana “dinginnya“. “Mungkin sedingin Puncak Bogor? Atau sedingin pegunungan Lembang? Itu kan udah dingin banget..” Well, di Saitama-shi (bukan Prefektur Saitama) pada musim dingin tidak selalu ada salju, bahkan sangat jarang. Di tahun 2013 kemarin, salju turun satu kali. Namun saya berpikir kemungkinannya tahun ini tidak ada salju di Saitama. Hmm.. sempat kecewa sih karena mungkin tidak bisa merasakan salju. Tapi tdak apa, artinya tidak akan sedingin es disana. Oke, saya bawa jaket tebal (jaket hangat menurut orang indonesia), sepatu tertutup (mirip sepatu sekolah namun tertutup sampai 5cm diatas mata kaki), baju dan kemeja yang agak banyak (disana harus pakai kemeja agar terlihat rapi ;)), serta lotion Indonesia. Oke, saya pikir itu semua cukup. Berangkaat!! 
Namun, ketika ingin menuju Saitama-shi dari mulai keluar Bandara Narita saya mulai khawatir, jaket yang saya pakai, yang saya bawa dari Indonesia tidak dapat menahan hawa dingin disana. Ya Allah dingin sekali.. Saya mulai pakai sarung tangan, karena tangan mulai perih tertusuk hawa dingin. Tapi sarung tangan yang saya pakai pun tidak sanggup pula menahan hawa dingin. Sambil menunggu kereta, saya berulang-ulang berkata “Samuiiiii” kepada teman saya dan tiga mahasiswa Jepang yang menjemput dan mengantarkan ke Saitama-shi. Mereka pun setuju apa yang saya katakan, karena meskipun mereka orang Jepang, mereka tetap saja kedinginan, hehe. 
Mulai deh kebiasaan buruk: berkeluh kesah. Ini benar-benar dingin, sampai 1 derajat Celcius loh. Kalo ga percaya, ayo cepat masuk kulkas! (#eh tega bener dah suruh masuk kulkas). Sampai 3 hari, AC sebagai pemanas ruangan kamar saya tidak dapat digunakan. Bukan karena rusak, tapi remote-nya itu loh, tulisannya KANJI. Alhasil beberapa hari saya tidak dapat tidur nyenyak karena “kedinginan“..sodara-dodara. Sampai saya berbaju lengkap dengan kerudung, baju yang dobel, sarung tangan+kaos kaki, dan plus juga 2 selimut tebal, tetap saja masih dingin, hiks... Untung saja 4 hari kemudian pihak asrama memberikan orientasi seputar I-House (Asrama Universitas yang saya tempati) dan memberi tahu arti kanji pada remote dan caranya menyalakan AC. Kalian tahu berapa suhu yang saya setting di kamar saya menjelang tidur? Yup, suhu rata-rata di Indonesia alias 27 derajat Celcius yang saya rindukan, hehe. Untuk keluar kamar dan pergi ke kampus, saya tidak lagi memakai jaket yang saya bawa dari Indonesia, dan terpaksa harus beli jaket disini, yang sepertinya cukup membantu mencegah kedinginan. 
Ketika 6 hari berlalu, hujan mulai turun. Tapi, tunggu! Ada yang jatuh seperti serutan es yang halus. Aaaa ini Saljuuuu.....!! Yuki (Salju)! (Maap katrok lagi ya :P) Akhirnya bisa lihat salju... 3 jam berlalu dan salju turun semakin lebat, semuanya menjadi putih (jalan tertutup salju, atap gedung tertutup salju, mobil, pohon, semuanya tertutup salju). Cekrik..cekrik.. saya mau mngabadikan amazing moment  ini J. 
Namun saya kira bukan saya saja yang terpana dengan turunnya salju ini, teman-teman di lab pun justru baru menyadari salju turun ketika saya telah puas berpotret-potret ria dan kembali ke lab, (hihihi saking seriusnya ngerjain tugas, maybe) dan mereka pun sama-sama „terpana“ memandang jendela beberapa menit. Maklum saja karena di Saitama-shi ini salju jarang turun di musim dingin. 
Ada beberapa peristiwa yang saya alami ketika salju turun (selama satu bulan saya di jepang, saya merasakan salju turun sebanyak sekitar 4 sampai 5 kali) Salah satunya: Salju turun hari Sabtu. Sehari sebelumnya saya dan teman-teman memutuskan untuk pergi jalan-jalan ke Kawagoe. Namun esok harinya ternyata salju turun dengan sangat lebaaaat. Tapi kami pun tidak membatalkan rencana itu dan tetap berangkat. Salju? Hajjjaarrr!! Dan parahnya kami berangkat terlalu siang. Kereta dan bus pun banyak yang delay. Setelah sekitar 1 jam lebih kami sampai di stasiun Kawagoe, salju masih turun dengan lebat diperparah dengan angin kencang. Sedangkan waktu sudah pukul 17.00. Dan akhirnya kami hanya mampir ke mall-mall di dekat stasiun Kawagoe dan langsung berbalik arah pulang. Hehe. Rencana ke Kawagoe dialihkan ke hari Ahad. Meskipun salju telah berhenti turun, namun hawa dinginnya itu loh, ga kuaaat. Karena sepatu saya tidak memenuhi kriteria menghadapi musim salju, saya mengalami kesulitan berjalan di atas salju yang mengeras dan licin karena bagian telapak sepatu saya sangat flat, sehingga rentan terpeleset (jalan harus pelan-pelan, dan beban tubuh dipusatkan pada bagian pinggang sampai betis), kesulitan kedua, kaki saya mulai membeku akibat adanya air yang merembes dan masuk ke dalam sepatu tipis saya. Akibat sepatu yang tidak sesuai ini, pada minggu berikutnya kaki saya bengkak total, tidak bisa berjalan. Hal ini dikarenakan peredaran darah di kaki saya tidak lancar. Beruntungnya 2 hari setelahnya saya sudah bisa berjalan lama meskipun masih sedikit terasa sakit. Selain itu kulit saya pun kering-kering perih, karena suhu dingin yang ekstrim bahkan lotion yang saya bawa dari Indonesia pun ga mempan. 
Tapi disamping rasa dingin yang annoying banget, ada untungnya juga loh.. Yaitu jangan khawatir BB karena beraktivitas seharian. Di tempat keramaian pun, contohnya di dalam kereta yang penuh penumpang pun, tidak akan ada bau badan semerbak. Sampai-sampai kalian tidak mandi berhari-hari pun tidak masalah. ( jorok, ya? :P ). Tapi beneran loh ga bakal BB. Serius (asal jangan sampe seminggu ga mandi juga, hehehe). 
Gimana, tertarik dapat merasakan salju? Tapi jangan lupa tetap bersyukur jika negara kita tidak mengalami adanya musim dingin J 
Jadi, sekedar info saja. Bagi kalian yang ingin pergi ke negara yang sedang puncaknya musim dingin untuk pertama kali, jangan lupa persiapan yang tepat. Disamping jaga kesehatan (banyak gerak, minum vitamin, makan sayur dan ikan), barang-barang bawaan seperti jaket yang super tebal, sepatu tertutup yang tahan air dan tebal (pake safety shoes juga bisa), baju, sarung tangan tebal, syal, lotion dan lipbalm yang kaya akan pelembab (biasanya yang dijual di negara tersebut terbilang ampuh) dan semua pakaian pendukung musim dingin. Seperti yang teman saya bilang: “besok-besok harus lebih prepare lagi, disini dinginnya ga main-main” (heueu, siaap !!)

Transportasi (Kereta dan Bus) 
Selain pertama kali naik pesawat, inilah pertama kali saya naik K-E-R-E-T-A. J Kereta pertama yang dinaiki ketika saya berangkat dari Bandara Narita ke Saitama-shi selama 2 jam. 
Kereta adalah transportasi favorit masyarakat Jepang. Saya pun setiap jalan-jalan selalu menggunakan kereta (ga ada angkot, sih hehe). Dan naik kereta di Jepang ini saya merasa aman dan nyaman. Aman karena selama saya naik kereta tidak ada kasus pencopetan dan pencurian, tidak heran hampir 90 persen kegiatan yang dilakukan penumpang adalah main hape, lebih tepatnya main iPhone (hehe, mungkin saya sendiri yang ga punya iPhone) iPhone nya dikeluarkan tanpa takut ada yang mencopet. Nyaman, karena kereta terbilang sangat bersih, tidak ada kotoran atau sampah, tidak ada suara ribut-ribut dari ocehan para penumpang. Kereta nya pun tepat waktu. Kalaupun tidak tepat waktu salah satunya dikarenakan sedang salju lebat pada hari itu dan selalu ada pemberitahuan. 
Yang saya suka, stasiun-stasiun di Jepang ini ada musiknya dengan durasi sekitar 8 detik. Musiknya pun nada-nada yang membangkitkan semangat, hehe. Saya juga suka sifat disiplin masyarakatnya, yaitu mengantri. Mereka selalu mengantri dengan tertib ketika naik kereta, di tempat yang sudah ditandai, tidak pernah ada yang menyerobot, dan mengutamakan orang yang keluar dari kereta. Sekali waktu saya pernah menunggu kereta tidak di tempat yang sudah ditandai untuk mengantri. Saya cuek aja dan gak sadar.  Sementara orang-orang sudah mengantri panjang di belakang tanda antri yang tepat di samping saya. Hahaha akhirnya saya pun sadar, merasa malu, saya lalu berlari ke antrian paling belakang. 
Hal ini terjadi pula di tempat pemberhentian bus (bus umum). Mungkin masih terbilang wajar setiap orang mengantri untuk naik kereta, dan mungkin saja di Indonesia pun orang-orang mengantri dengan tertib untuk naik kereta. Tapi di Indonesia saya jarang sekali melihat orang-orang tertib mengantri untuk naik bus. Apalagi penumpang yang akan naik sangat banyak. Ketika bus baru berhenti semua orang yang telah menunggu tanpa mengantri pun berjejal saling mendahului untuk masuk, saling dorong-mendorong. Mungkin tidak di bus Transjakarta, tapi bagaimana dengan bus-bus yang lain? 
Ketika ada tes ujian masuk Universitas bagi Kokosei (anak-anak SMA) di Universitas Saitama, Kokosei yang ingin pulang menggunakan bus pun mengantri dengan tertib, antrian sampai panjang, dan kagumnya mereka tidak egois. Anak-anak SMA yang katanya anak-anak labil (hehe :P), bisa dengan sabarnya mengantri dan tanpa main serobot-serobotan (yang suka serobot-serobot, malu ya sama anak SMA, hehe..) 
Selain itu di Jepang, bus-bus yang menurunkan dan menaikkan penumpang tidak sembarangan tempat. Berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang hanya pada halte-halte. Dan yang membuat saya kagum, tidak hanya kereta yang tepat waktu, bus pun tepat waktu! Di setiap halte ditandai dengan adanya papan informasi jadwal bus datang di halte tersebut. Ini sangat sangat membantu dan memudahkan penumpang. Yup, sesuatu yang tertib dan disiplin akan berdampak baik dan selalu memudahkan. Seperti saya yang pernah pulang lewat dari pukul 9 malam, saya ingin naik bus dari stasiun sampai ke universitas. Untungnya ada info jadwal bus, dan bus terakhir yang akan datang 15 menit lagi. 
Tak sampai disitu yang menarik, selain bus nya bersih, sopir-sopir bus nya pun berseragam rapi sama seperti seragam masinis. Lengkap dengan topi dan sarung tangan putih. Pun juga sangat ramah bangeeet. Lalu, ketika di dalam bus, saya melihat tempat bangku khusus untuk orang tua, orang yang memakai tongkat berjalan, ibu hamil, dan yang membawa bayi, mungkin itu sesuatu yang umum, tapi saya juga melihat tanda sticker di mana orang yang berkursi roda pun mempunyai tempat khusus. Tapi kalau ada, dimanakah tempatnya? Mengingat bus umum ini kapasitasnya sedikit. Ya, saya berpikir mungkin jarang orang yang berkursi roda naik bus. Tapi akhirnya pertanyaan saya dapat terjawab. Ketika saya naik bus, ada penumpang yang masuk membawa kakeknya yang duduk di kursi roda, tapi, set..set..set..! sang sopir sangat cekatan membantu kakek berkursi roda tersebut untuk menyiapkan tempatnya. Alhasil memakan waktu kurang dari satu menit kursi penumpang untuk 1 orang menjadi tempat penumpang berkursi roda tersebut yang tentunya aman dan tidak menggangu penumpang yang lainnya (hmm.. pak sopir memang keren, hehehe). Karena bus merupakan salah satu transportasi yang paling banyak digunakan masyarakat Indonesia, sepertinya semua yang baik dan disiplin dari transportasi bus di Jepang ini sebaiknya kita terapkan, saya pun masih belajar disiplin dan tepat waktu. 
Kembali ke transportasi kereta, ini sangat menyita perhatian saya, karena selain baru kali pertama saya naik kereta dan lebih dari sekali dalam seminggu, saya juga merasa aman, meskipun saya tidak lengah. Di kereta pula saya bisa mencuri-curi pandang apa yang orang-orang Jepang lakukan ketika di dalam kereta. Adalah yang pertama dan hampir semuanya, mereka asyik dengan iPhone nya (seperti yang saya katakan sebelumnya), kemudian beberapa membaca buku, tertidur, atau bahkan hanya diam sambil menonton TV kereta (tayangannya iklan dan informasi stasiun-stasiun dimana kereta akan berhenti dan waktunya) seperti saya. Namun saya benar-benar menikmatinya J 
Aaah kapan saya naik kereta lagi ya? (termasuk di Indonesia) hehehe 

Lalu Lintas 
Selama ini jika saya sebagai pejalan kaki, saya tidak terlalu memperhatikan rambu-rambu lalu lintas. Eits, tunggu, disini ga begitu! Di banyak negara, pejalan kaki juga bagian dari pengguna jalan yang punya peraturan seberat pemakai kendaraan. Apa contohnya? Misalkan ketika kita ingin menyebrang jalan. Ga bisa slonong boy walaupun keadaan jalan sedang sepi. Pejalan kaki ataupun yang bersepeda pun harus memperhatikan lampu lalu lintas. Kalau lampu lalu lintas untuk pejalan kaki sedang "merah“ artinya kita harus berhenti, kalau "hijau“ baru kita menyebrang. Sepele ya? Ya, sebelumnya saya pikir itu biasa, karena Jepang itu kan tertib. Tapi ketika saya menjadi pihak yang harus "mentaatinya“, perlu waktu untuk menyesuaikan.. Beberapa kali saya hampir main slonong boy ketika lampu lalu lintas pejalan kaki "merah“, hehehe jangan ditiru ya. Kalau kita melanggar, akibatnya malu ditanggung sendiri, kecuali yang bermuka tebal, hehe (masyarakat Jepang budaya malu nya tinggi), dan jika ketika ada polisi anda bisa di tegur dan parahnya juga bisa di beri surat peringatan! :O 
Saya sempat kesal, "Aduh padahal jalanan lagi sepi, kan bisa aja nyebrang walaupun lampu merah“. Namun lalu saya ingkari ketika sedang buru-buru dan mendapati jalanan sedang ramai, dan tepat lampu pejalan kaki menjadi hijau. Ada yang bilang, pejalan kaki di Jepang adalah raja. (Maksudnya? Yang naik sepeda atau mobil adalah budak dan pelayan kita? Hahaha -_-, BeCHaNnda deeh). Mungkin maksudnya, sebagai pejalan kaki kita akan merasa aman dan nyaman, karena tentunya berjalan di atas trotoar tidak memungkinkan kita diserempet mobil atau kendaraan lainnya (biasanya trotoarnya agak lebar dan dipagar), selain itu tidak ada sesuatu yang menghalangi trotoar (ga ada PKL, bangunan yang maju sendiri, sepeda yang diparkir seenaknya, dll), walaupun trotoar kita bagi dengan pengguna sepeda, mereka ga akan menindas kita yang ga pake sepeda kok, hehe... Semua itu yang saya rasakan. Selain itu kita juga punya etika sebagai pejalan kaki, contohnya tidak merokok dan tidak makan dan minum selama sedang berjalan. Asap rokok dapat menggangu pejalan kaki yang lain dan rokok yang menggantung di tangan kita membuat risih yang lain karena takut tersungut rokok. Sedangkan tidak makan dan minum sambil berjalan adalah etika. 
Saat saya sedang berjalan, saya merasakan mengapa lalu lintas di Jepang ini kok sepi ya dan bahkan di kota-kota besarnya yang ramai, tapi lalu lintasnya tidak seramai di Indonesia. Yup, jarang sekali orang yang menggunakan sepeda motor. Hanya mobil, motor hanya satu-dua. Padahal yang membuat jalanan ramai kan sepeda motor... (dan angkot!) hehehe, di Indonesia rasanya banyakan sepeda motor nya daripada mobil. Tapi kenapa ya? Padahal sepeda motor di Indonesia sebagian besar dari Industri Jepang. Tapi di Jepang sendiri yang menggunakan motor sedikit sekali. 
Penyebab sepi yang lain adalah, di jalanan, selama sebulan saya tidak mendengar suara "Klakson“ mobil. Mereka tidak menggunakan klakson, karena katanya…. Itu menggambarkan ketidaksabaran dan kurang menghargai. Meskipun lampu telah hijau, sedangkan mobil di depan mobil kita belum jalan. No Klakson! Ataupun di depan mobil kita ada mobil yang ngagokkin. No Klakson! 
Oalah saya jadi kangen banget sama kost-an saya (loh kok ?) Karena di kost-an saya, setiap saatnya yang terdengar adalah "Klakson“ mobil dan motor, rame! (pas banget, pinggir jalan raya J)   

Fasilitas Umum dan Sampah 
Nah ini juga merupakan bahasan yang menarik. Apa respon kalian apabila tidak ada satu pun sampah yang kalian temukan di sepanjang jalan? Kalau saya rasanya nyaman banget, serasa mata dan hati jadi adem (kok lebay ya?, hehe :P) intinya seneng kalo ngliat jalan atau tempat selalu bersih dan bebas dari sampah. Ya kan? High Five! buat kamu yang setuju, hehe..
Pasti udah tau kan kalo Jepang itu terkenal bersih, selama di sini saya tidak melihat sampah teronggok di pinggir jalan, di sudut-sudut tempat atau sampah yang meluber keluar dari tong sampah (baca: tempat sampah). Tidak hanya jalanan, di dalam transportasi umum, tempat wisata, gang-gang kecil, ga ada yang namanya kantong plastik tergeletak, bungkus permen, bungkus makanan, kaleng minuman, plastik pop ais, hehe, pokoknya bersih. Ya, habisnya gimana, tong sampah selalu tersedia, pokoknya kita ga bakalan susah nemuin tong sampah. Jadi, keterlaluan yang buang sampah sembarangan!

Ada yang menarik juga nih tentang tong sampah disana. Di setiap tempat, baik itu di kantor, gedung perkuliahan, rumah, pinggir jalan, stasiun, dimana pun, tong sampah nya terbagi menjadi beberapa tong sesuai dengan jenis sampah. Umumnya, jenis sampah organik dan anorganik. Tapi biasanya jenis anorganik akan dibagi lagi.  Khususnya wadah minuman. Jadi tong sampah itu ada 4 jenis. Jenis pertama, tong sampah untuk sampah organik atau burnable waste (seperti sampah kertas, wadah makanan, atau sampah dapur yang terkadang dipisah lagi). Jenis kedua, tong sampah khusus botol-botol plastik PET. Jenis ketiga , tong sampah khusus wadah-wadah kaleng (wadah minuman kaleng). Jenis keempat, tong sampah untuk unburnable waste (seperti barang-barang pecah belah, sampah recycle, elektronik, dll). Kece banget kan.., Jadi, ingin membuang sampah pun ada aturannya, "buanglah sampah pada tempatnya yang sesuai untuk jenis sampah tersebut!“ (wahahaha panjang sekali aturannya J) 
Bagi yang belum terbiasa, akan sulit untuk memilah-milah sampah agar dibuang sesuai tempat sampah yang tepat. Biasanya hal ini terjadi pada warga asing. Tapi jangan khawatir, untuk warga asing yang belum terbiasa dan bahkan belum mengerti jangan segan bertanya pada masyarakat setempat, karena mereka tidak akan keberatan memberitahu J. Selain itu jika anda tinggal di perumahan, selalu ada pengarahan dan demonstrasi dari pihak kebersihan setempat. Jika tinggal di asrama universitas, seperti saya, akan ada orientasi pengenalan tentang peraturan yang ada di asrama, termasuk tentang sampah J 
Kenapa kita harus memilah-milah sampah untuk dibuang ke tempat sampah yang sesuai? Tentu saja karena ini mempermudah pihak kebersihan untuk mengelola sampah. Bayangkan jika sampah-sampah itu tidak dipisahkan, sampah yang mudah terbakar dan yang tidak bisa terbakar tercampur, ketika proses pembakaran, sampah yang tidak dapat terbakar jadi tidak hancur dan tidak dapat di recycle kembali karena rusak terbakar sehingga sampah ini belum terolah. Belum lagi botol-botol PET dan kaleng yang bisa di daur ulang kembali. Tentu saja jika petugas sampah pusat yang harus memisahkan sampah-sampah itu dari bergunung-gunung sampah, rasanya ga mungkin, disamping itu kasian kan.. Oleh karena itu dengan bantuan masyarakat, tentu saja masalah sampah seperti itu dapat teratasi. 
Setelah membahas sampah, yuk kita ganti topik J. Sampah yang terasa absen kehadirannya walaupun sedikit, bukan satu-satunya yang menarik perhatian saya (ciyee…). TOILET. Atau bahasa lainnya RESTROOM. Tempat yang tidak lazim membuat pesona ini pun memesonakan saya pada pandangan pertama. Siapa yang ga jadi berlama-lama di dalamnya (maaf, saya sikat gigi dulu soalnya, hehe) gara-gara toilet itu wangi, bersih, luas, cakep, lengkap dan canggih. Wuuiih.. itu toilet atau kamar presiden? Ckckck… dan maaf kalo sedikit katrok lagi. 
Toilet itu berada di Bandara Narita. Mencengangkan jika dibandingkan dengan toilet umum di terminal Leuwipanjang, hehe. Yang menarik perhatian adalah toilet nya yang canggih, memang toilet-toilet umum di Jepang adalah toilet kering. Maksudnya toilet basah adalah kita menggunakan kloset jongkok ataupun kloset duduk namun penampungan airnya terpisah, sehingga lantai toiletnya pun basah. Toilet kering biasanya toilet yang sudah menggunakan kloset duduk. Mungkin toilet kering kloset duduk yang kita ketahui, air yang dipakai untuk bersih-bersih adalah melalui selang yang terhubung pada penampungan air yang dimiliki kloset tersebut. Namun kloset duduk di Jepang terbilang canggih. Sudah tidak menggunakan selang lagi, kloset tersebut dilengkapi banyak tombol serbaguna. Jadi jika kita ingin menyiram, kita tinggal pencet tombol siram, jika ingin bersih-bersih tinggal pencet tombol spray atau bidet (dilengkapi juga dengan tombol tekanan air yang dinginkan), lalu ada juga tombol untuk membuat air juga kloset yang kita duduki menjadi hangat, lalu ada tombol untuk menimbulkan efek suara air disiram (jadi, buat yang ingin menyamarkan suara-suara ketika kita sedang memenuhi panggilan alam tinggal pencet aja tombol ini daripada buang-buang air untuk menyiram, jadi lebih hemat air deh, hehe). Gimana, Kece banget kan toiletnya.. ? J 
Kali pertama saya menggunakan, saya coba saja semua tombolnya, hehe.. 
Fasilitas umum yang yang temui juga antara lain, masih banyaknya telepon umum dan tentu saja tidak rusak. Menurut saya masih eksis nya telepon umum sangat bermanfaat loh walaupun sudah banyak orang yang menggunakan telepon genggam, terutama untuk orang-orang yang tidak punya telepon genggam, contohnya anak-anak kecil, jadi kalau misalkan sedang tersesat dia bisa gunakan telepon umum untuk panggilan darurat, iya ngga? ;) 
Kemudian ada vending machine yang jumlahnya sangat banyak di setiap kota di Jepang. Setiap beberapa meter umumnya kita bisa temukan vending machine. Di dalam Universitas pun, vending machine dapat dengan mudah kita temui baik diluar gedung ataupun di dalam gedung. Tidak hanya minuman, vending machine pun menawarkan makanan, rokok, snack, boneka, dan lain-lain. So, tinggal kita masukkan uang receh seharga barang yang ingin kita beli, lalu pilih barangnya, barang yang kita beli pun keluar dari vending machine, selesai deh.. hehehe 

Aku Ga Punya Sepeda 
Aku ga punya pulsaa L.... Eh, emangnya iklan :P. Maksudnya, aku ga punya sepedaa L. Kok jadi sedih gini ya ga punya sepeda. Emang penting banget punya sepeda? 
Kalo yang pernah nonton dorama-dorama Jepang (baca: film drama Jepang), yang ada adegan anak SMA yang pulang sekolah pake sepeda, cowoknya membonceng ceweknya melewati rumput ilalang lalu melewati sungai dan sawah yang terbentang. Romantis ya? :P Aduh kalo dibayangin sama anak-anak SMA di Indonesia sekarang, gengsi banget naik sepeda. Ngejemput pacarnya harus naik MOGE (baca: motor gede) itu baru keren katanya. Ya, tapi terserah sih yang lebih keren yang mana. Tapi, ternyata bukan hanya anak-anak sekolahan aja loh yang suka naik sepeda. Anak kuliahan, ibu-ibu, bapak-bapak, kakek-kakek, nenek-nenek, orang kantoran pun menjadikan sepeda sebagai transportasi pribadi. Mau ke Daigaku (baca: kampus) naik sepeda, mau belanja naik sepeda, mau ke supermarket naik sepeda, mau ke stasiun naik sepeda, mau ke rumah temen naik sepeda. Semuanya naik sepeda, mungkin sebagian ada yang berjalan kaki, naik mobil pribadi dan naik bus. Yang naik motor? Dikit sekali. Wah pentesan orang-orang Jepang jarang ada yang overweight. Ya, naik sepeda tentu lebih sehat seperti olahraga, selain itu tidak menimbulkan polusi. Senang rasanya kalau ngeliat para mahasiswa pulang dari kampus sambil naik sepeda sambil bercengkrama satu sama lain, bukan saling kebut-kebutan naik motor ga jelas, hehe.. 
Dan tentu saja saya ingin punya sepeda kalau begini keadaannya. Ga ada angkot  ga ada ojeg, saya pun harus berjalan kaki kemana-mana. Ke supermarket, ke kampus, bahkan pernah berjalan kaki ke stasiun. Padahal jarak dari asrama saya ke stasiun Minami-Yono (stasiun terdekat dari kampus) mungkin sekitar 2 km. Sebenarnya saya biasa menggunakan bus, tapi karena waktu itu lagi hemat ongkos bus ceritanya (ongkos bus lumayan mahal, sekitar 170 Yen dari kampus ke stasiun Minami Yono). Tapi berhubung saya di Jepang hanya sebulan, tentu ga mungkin saya beli sepeda. Oiya rata-rata sepeda yang digunakan oleh masyarakat Jepang adalah model sepeda yang ada keranjang nya itu loh, kalau di Indonesia model sepeda itu biasanya untuk perempuan. Tapi saya suka model seperti itu, karena bisa dipakai nyaman semua orang, hehe. 
Tapi selalu ada sesuatu yang positifnya, dengan berjalan saya terasa lebih segar, suhu badan lebih stabil (ketika suhu sangat dingi diimbangkan dengan banyak bergerak). Saya pun alhamdulillah sehat wal afiat walaupun dalam kondisi cuaca yang ekstrem. Ga ada angkot ga ada motor ga punya sepeda, jadilah sebulan saya bisa “langsing” begini :P wahahahaha

Makan apa ya? 
Ya, bagi yang muslim, pergi ke negara yang mayoritas penduduknya bukan muslim tentunya akan terpikirkan masalah "perut“, hehe.. Karena makanan dan minuman berlabel halal sulit ditemukan. Saya pun memikirkan makanan dan minuman apa yang boleh dan yang tidak boleh dikonsumsi. 
Tentu saja karena tidak ada makanan berlabel halal, saya pun bermaksud untuk menghindari makanan yang memakai daging dan melihat komposisinya. Tapi, karena saya tidak bisa membaca semua tulisan kanji di komposisi, jadi sebelumnya saya searching huruf-huruf kanji yang perlu. Misalkan kanji untuk daging babi. Jadi, pertama yang saya lihat pada komposisi makanan adalah tidak ada kanji butaniku (baca: daging babi) atau huruf hiragananya atau huruf katakana dari pork. Wah ternyata sulit juga, karena banyak sekali yang mengandung daging babi. Ketika saya baru sampai di Bandara, saya memilih makan onigiri (nasi kepal) sebagai sarapan, karena umumnya isi onigiri adalah ikan. Tapi berjalannya waktu saya diberitahu oleh teman sesama muslim yang sedang studi di Tohoku University yang kebetulan main ke asrama saya, bahwa tidak semua onigiri bisa kita makan, karena ada yang mengandung sake (minuman beralkohol dari fermentasi beras, khas Jepang) atau mirin (bumbu dapur  beralkohol dan rasanya manis), dan ada pula yang mengandung daging babi. Jadi setelahnya saya selalu membaca komposisi onigiri apakah mengandung bahan-bahan yang jelas diharamkan. Saya memilih menghindari daging, meskipun bukan danging babi, hal ini karena kemungkinan besar hewan tersebut disembelih tidak sesuai dengan syariat Islam. Namun ada yang mengatakan bahwa kita boleh memakan daging sapi Australia, saya masih ragu akan hal ini, jadi saya memilih untuk tidak memakannya. Dan walaupun memang di komposisinya tidak tertulis daging babi, alkohol, maupun lemak hewani, itu belum pasti halal, namun jika komposisi itu diluar sepengetahuan kita, Bismillah, semoga yang kita makan, komposisinya aman J. Jika ingin tahu daftar makanan (khususnya makanan yang dijual di supermarket) Jepang yang boleh dimakan atau tidak bisa, bisa dilihat di fanpage fb: Serijaya Indonesia. 
Akhirnya untuk makan, saya pun membeli ikan mentah yang nantinya dimasak sendiri, kerang mentah, cumi mentah, salad, fast fish, stik kepiting, dan beberapa makanan yang saya dan teman saya bawa dari rumah, seperti abon dan rendang. Disamping lebih hemat, juga InsyaAllah aman (seafood dan sayuran). Dan tentu saja saya dijamu oleh kakak-kakak saya dari Indonesia yang baik hati (terima kasih banyak Mas Rangga dan Mba Indah, terimakasih juga atas sharing-sharing nya yang bermanfaat). 
Saya pun rasanya tergiur melihat makanan-makanannya yang terlihat sangat menggoda, dari cake-nya, tempura (gorengan), bento (makanan box siap saji), ramen, udon, dan banyak lagi, tapi tentu saja itu tidak halal J harus sabar. Mungkin ini merupakan bentuk ujian seorang muslim. Bayangkan, ketika di Indonesia, kita bebas memilih makanan, karena sudah banyak makanan yang berlabel halal. Ketika di negara lain, kita tidak bisa asal makan, bukanlah hal yang sepele, karena dalam Al-Qur’an jelas-jelas dosa besar apabila kita memakan-makanan haram. Bukan berarti saya sendiri terbebas dari makanan haram, saya hanya bisa ber-istigfar semoga jika ada makanan haram yang masuk ke tubuh ini tanpa sepengetahuan saya, Allah bisa mengampuni. 
Seperti yang telah diketahui, ramen di Jepang tentu tidak bebas babi. Lalu bagaimana jika kita sebagai muslim ingin mencicipi ramen salah satu makanan khas Jepang ini? Ketika saya sedang berjalan-jalan ke Shinjuku, saya di rekomendasikan oleh teman untuk mencicipi ramen seafood (nama warungnya “Kaijin”). Ramen ini katanya bebas daging dan hanya menggunakan seafood. Bismillah, semoga aman. Juga jika berkunjung ke stasiun Tokyo, ada Ramen Sayuran (nama restorannya “T’s Tan Tan: Vegan Ramen”). Jadi bahan-bahannya semua dari sayuran. No meat, No fish, No Egg, No Milk. Begitulah tagline-nya. Semoga yang ini juga aman. Walaupun dari sayuran, rasanya sangat enak J 
Kalau lebih ingin yakin keamanannya bisa di cek di web-web restorannya, biasanya bahan-bahan yang digunakan akan diberitahu, atau bisa tanya ke teman-teman sesama muslim, atau bisa langsung ditanyakan ke penjual makanan tersebut. Biasanya masyarakat setempat memberi tahu secara “jujur” bahan-bahan apa yang mereka gunakan. Teman-teman Jepang saya pun sangat care, mereka bertanya makanan dan minuman apa yang boleh saya makan, sehingga mereka pun sering mambantu dan mencarikan makanan yang boleh dimakan, bahkan memberi tahu kita makanan yang kita beli ternyata tidak boleh dimakan oleh kita. 
Yang terakhir makanan khas Jepang yang InsyaAllah boleh dimakan adalah sushi. Sushi adalah seafood mentah yang biasanya kita cocol ke shoyu (kecap asin). Nah ini dia asalkan shoyu yang digunakan tidak mengandung alkohol, shoyu aman kita makan. Di Jepang ini, saya dua kali mencicipi seafood mentah, yang pertama ketika dijamu oleh my Professor (Prof. Hiromi Taniguchi) di rumahnya (aduh enak banget sushinya, doomo arigatou gozaimasu Prof. Hiromi Taniguchi dan Ibu Yuko Taniguchi dan juga Neneko-chan J I’ll never forget you) . Dan yang kedua adalah pesta perpisahan di tempat makan KuraSushi, ketika saya akan pulang kembali ke Indonesia (doomo arigatou gozaimasu Nobusan, Yugosan, Junsan J ). Karena di Jepang ini saya hanya sebentar, jadi tidak banyak kuliner yang saya tahu. 
Bagaimana dengan minuman? Hehe tentunya tidak semua boleh diminum, sudah jelas tidak apabila minuman itu beralkohol. Yang tidak beralkohol? Nah.. katanya yang aman itu adalah minuman yang bening, seperti ocha (the jepang) jus atau sari buah, kopi pahit. Kalau bisa hindari yang mengandung susu, karena biasanya terdapat pengemulsi yang katanya “bersinggungan” dengan lemak hewani (lupa penjelasan lengkapnya). Hehe yang ini saya baru tahu akhir-akhir karena sebelumnya saya selalu beli minuman yang mengandung susu. 
Intinya jangan khawatir kita akan kesusahan untuk makan, karena makanan halal dan yang boleh di makan pasti ada. Karena di setiap wilayah kecil, insyaAllah ada seorang muslim disana. Dan pasti ada makanan yang boleh dimakan, hanya saja kita harus lebih selektif dan sabar. Ingat selalu Allah selalu bersama kita J 

Foto-foto










Boneka Salju di depan I-House

Berfoto di Belakang Asrama

Salju di Lingkungan Kampus

Gif







 


















Kloset Multitombol



 

 










 



















 

 








 










 











 










3 comments :

  1. @sagung oka :
    Assalamualaikum...
    afwan ini gery
    gimana kabarnya?
    oy blh mnta nomor hp kmu ga?
    cz dr alumni cma kamu doang yg ga bsa d hubungi nih

    ReplyDelete
  2. kak boleh cerita gimana daftar programnya kak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear @wawasanduniaakhirat,
      Untuk pendaftaran program ini, saya ikut seleksi di Jurusan Fisika-UNPAD, tempat saya berkuliah. Nama Program nya :Kanryu Program dari Saitama Univeristy. Jadi Jurusan Fisika-UNPAD khususnya bidang kajian Material dan Saitama university bekerjasama tiap tahunnya. 2-3 orang Mahasiswa dikirim ke sana untuk ikut experiment lab.
      Tapi tahun 2014 itu adalah tahun terakhir Kanryu Program Saitama University.

      Delete

Silahkan Tulis Komentar Kamu :)