Raja negeri Filosofia
yang sudah tua menginginkan salah satu dari kedua pangerannya (anaknya) untuk
melanjutkan tahtanya memimpin kerajaan. Anak pertama bernama Filo, dan anak
bungsunya Sofian. Raja memberi mereka semacam sayembara, barang siapa yang
memenangkan sayembara ini, maka ia yang akan menjadi raja negeri Filosofia yang
baru.
Sayembaranya
adalah berupa perlombaan kuda, di mana yang lambat yang menang. Kedua pangeran
yang memiliki kuda kesayangannya masing-masing itu tercengang mendengar bahwa
betapa mudahnya sayembara ini. Kemudian ayah mereka melanjutkan,“Perlombaan ini
diadakan di padang pasir Filosofia dengan hanya berbekal satu kantung air
minum, dan dilaksanakan mulai matahari terbit besok“. Kedua pangeran itupun
menyetujuinya, walaupun sekarang keduanya menjadi tercengang betapa sulitnya
perlombaan ini karena padang pasir Filosofia terkenal ganas.
Sampai
tengah hari mereka berlomba, mereka saling susul-menyusul namun lambat sekali,
siang yang terik di padang pasir Filosofia membuat keduanya menjadi kehausan,
kepanasan serta kelelahan, apalagi sisa minuman mereka tinggal sedikit,
untunglah tampaknya kuda mereka masih kuat. Di tengah padang pasir itu, kedua
pangeran yang kelelahan tadi bertemu dengan seorang kakek tua di suatu pondokan
kecil, mereka berdua akhirnya istirahat di sana, apalagi di sana ada sumur yang
airnya berlimpah. Mereka berdua memberi minum kuda mereka dan tentu saja
meminum air untuk mereka sendiri, sambil bercerita kepada sang kakek tadi
tentang sayembara untuk menjadikan salah satu dari dua pangeran menjadi raja,
kemudian kakek tua tadi memberi petuah kepada mereka berdua; tak lama seusai
mendengar petuah itu, kedua pangeran bergegas, berlomba kembali. Namun bukannya
berlomba yang paling lambat, keduanya malah balapan. Tak sampai satu jam
menyusuri padang pasir itu, Filo sampai ke garis finish duluan, raja melihat perlombaan tadi dan tersenyum. Akhirnya;
Filo yang finish duluan dinobatkan
menjadi raja negeri Filosofia yang baru menggantikan ayahnya.
Kira-kira,
apa petuah sang kakek tua tadi sehingga yang awalnya,“yang lambat yang menang“
menjadi,“yang cepat yang menang“?
kira kira mungkin petuahnya "jangan mau dibegoin raja lu, sana buruan sebelum mati kehausan. makin lambat ya yg ada mati bukan jadi raja blegok sia"
ReplyDeleteterima kasih atas info yang bermanfaat ini, sukses selalu untuk fisikawan indonesia maju terus.
kunjungi juga situs penghitungan algoritma matematika saya yang bisa menjadi bisnis tambahan anda
Prediksi Toto Jitu Sgp
Prediksi Jitu Hk
Bocoran Sydneypools
semoga bermanfaat bagi pembaca yang hadir disini