Pernah ketika
kuliah, seseorang (no need to know)
menyampaikan tentang perbedaan antara orang fisika dengan orang matematika. Disampaikan
oleh beliau bahwa fisika itu bukanlah matematika, I agree about this; but I strongly
disagree with him on this one: beliau
menyampaikan bahwa matematika terkadang tidak konsisten dalam perumusan
fisika, beliau mengambil contoh hukum Ohm V=IR
yang terkenal, di mana V adalah tegangan listrik, I adalah arus listrik, dan R adalah hambatan listrik suatu bahan. Ambillah
sepotong kayu, kita paham betul jika kayu pasti memiliki hambatan listrik (R ≠ 0). Ketika kayu tadi tidak dialiri
arus listrik (I = 0) dan tidak diberi
tegangan listrik (V = 0), maka secara
matematis dari rumus V = IR,
didapatkan bahwa hambatan kayu juga nol (R
= 0), tidak konsisten dengan fisisnya di mana hambatan kayu tidak nol.
Beliau juga menyatakan bahwa orang matematika pasti mendapatkan hasil yang
salah ketika kasusnya seperti ini karena orang matematika dan fisika memandang sebuah
rumus yang sama dengan pandangannya yang berbeda.
My opinion, argumen tersebut agaknya
bermasalah, baik dari segi fisis, teknis, matematis, dan historis. Why’d I say that?
Kita
mulai dari segi fisika, kita perlu mengetahui bahwa rumus Ohm yang mudah
dihapalkan oleh siapapun ini: V = IR hanya
dapat digunakan (atau berlaku) jika benda yang akan kita cari hambatan
listriknya diberi perlakuan dengan tegangan listrik (V) atau arus listrik (I);
jika kita tidak memberi tegangan listrik (V
= 0) atau tidak memberi arus listrik (I
= 0) pada sepotong kayu, otomatis kita tidak dapat mengetahui hambatan
listrik (R) kayu tersebut, apalagi
mengatakan bahwa hambatannya nol! Ini
sama saja jika seseorang ingin mengetahui ‘berat’ sebongkah emas tetapi tidak
menimbangnya, nonsense.
Dari segi
teknis. Sebenarnya kita tidak perlu mengukur secara terpisah tegangan dan arus
listrik pada suatu benda yang ingin kita ketahui hambatan listriknya, sudah ada
alat yang bisa mengukur hambatan listrik suatu benda, beli saja multimeter yang
memiliki mode pengukuran R, set
multimeter ke mode pengukuran hambatan listrik, cek dengan benar, lalu
didapatlah hambatan listriknya! Multimeter mode pengukuran R juga pada prinsipnya memberi perlakuan berupa tegangan atau arus listrik. Multimeter
tidak akan berfungsi jika tidak demikian, atau baterainya habis.
Dari segi
matematis. Jika ada suatu persamaan V =
IR, kemudian kita hendak mencari tahu nilai R dengan V dan I yang diketahui nilainya, maka bentuk V = IR bisa dibuat menjadi R = V/I. Namun jika kita menantang ahli
matematika untuk mencari tahu nilai R
jika V = 0 dan I = 0, mereka akan menjawab bahwa R tidak bisa diketahui, mereka tidak akan berani menjawab bahwa R = 1 apalagi R = 0 untuk V = 0 dan I = 0. I bet you! Kenapa? Karena menurut matematika, nol dibagi dengan nol
adalah bilangan tak tentu (undefined
number), harus dicari cara lain untuk mengetahui nilai R yang tidak melibatkan suatu rumus nol dibagi nol dan juga pembagian bilangan tak-nol dengan nol. Fisikawan dan
matematikawan setuju dengan hal ini.
Dari segi historis. Kita jangan lupa bahwa sebagian besar ahli fisika zaman
dulu (dan juga sekarang) adalah matematikawan yang ulung, seperti sang “ksatria
legendaris“ Newton, sang “pangeran“ Gauss, sang jenius “keras-kepala“ Einstein,
“manusia lima otak“ Gellman, cum suis.
Bahkan ada di antara mereka yang memberi sumbangsih teori matematika untuk
memperluas khazanah matematika sendiri. Ahli fisika tahu persis bagaimana
aturan matematika bekerja dalam perumusan fisika. Sungguh lucu jika ada ahli
fisika yang mengatakan bahwa R = 0
jika benda yang ingin kita ketahui hambatannya tidak kita beri tegangan atau
arus listrik, padahal diminta untuk mencari tahu hambatan listriknya dengan
perlakuan V dan I, Ohm himself will laugh to
hear this thing.
Saya membahas hal sepele ini dengan panjang-lebar karena saya khawatir
argumen-argumen yang menurut saya hanya berdasarkan hapalan rumus dan
bergesernya pemahaman tentang arti fisis termasuk kapan berlakunya suatu rumus
fisika akan tergetoktularkan ke konsep-konsep fisika yang lain, dan pada
akhirnya dapat menghilangkan sikap ilmiah kita. Saya cenderung tidak setuju
dengan oknum-oknum yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah mengotak-ngotakan
ilmu, dengan menyatakan bahwa disiplin ilmunya lebih baik daripada disiplin
ilmu lain.
Matematika selalu konsisten dalam fisika, asalkan kita
mengetahui arti fisis dan kapan rumus-rumus itu berlaku pada objek yang tinjau.
But, I believe that orang yang mencurahkan
hampir seluruh waktunya untuk menggeluti matematika tidak akan pernah menjadi
seorang ahli fisika.
sekali
lagi, it’s just my argument¸ my opinion. I don’t mean to disparage anyone, I’m happy to know another argument and learn something new from anyone, even from a kid. I still learn.
No comments :
Post a Comment
Silahkan Tulis Komentar Kamu :)